Rabu, 01 April 2015

Bahasa Indonesia



BAB III
UCAPAN DAN EJAAN
   A.    Ucapan
Para penutur yang berbahasa Indonesia, bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa Indonesianya.

   B.     Ejaan

1.      Pengantar
Ejaan penting sekali artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis digunakan Ejaan Soewandi atau ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 Maret 1974. Sebelumnya berlaku ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar soetan Ma’mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan Huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.
2.      Pengenalan Huruf
   a.       Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat baru,huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci, huruf awal pada nama diri, dsb.
·         Berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci serta kata gantinya.
Contoh :          Dengan kesempurnaan-Nya lah kita diciptakan.
                        Hanya Engkaulah yang paling sempurna.
·         Berkaitan dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan.
Contoh :          Ibu Ani mempunyai anak perempuan bernama Ina.
                        Malaikat Izrail adalah malaikat pencabut nyawa.
·         Berkaitan dengan nama jabatan dan lembaga
Contoh :          Gubernut DKI Jakarta telah mengeluarkan Kartu Jakarta Pintar
Pusat Pendidikan dan Pelatihan sangat membantu bagi pekerja yang belum berpengalaman.
Kemudian kata-kata yang digunakan dalam artian khusus harus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata dengan pengertian umum ditulis dengan huruf kecil. Contoh :      Negara Kesatuan Republik Indonesia terkenal dengan kepulauannya
                    Meskipun Indonesia memiliki banyak suku budaya, tetapi harus tetap
menjadi satu kesatuan yang utuh.
   b.      Huruf Tebal dan Huruf Miring
Seperti halnya nama lembaga, judul buku atau karangan kata-katanya harus diawali dengan huruf kapital. Kecuali yang berupa kata tugas.
·         Apabila ditulis dengan tangan, kata-kata yang merupakan judul buku ini harus diberi garis bawah.
Contoh :          Teori Biaya Produksi
Memaksimumkan Laba
·         Apabila judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperi naskah skripsi atau tesia cukup ditulis dengan tanda petik (“...”).
Contoh :          “Teori Biaya Produksi”
                        “Memaksimumkan Laba”
·         Judul karangan yang dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab dari satu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik dan ditulis tangan diantara tanda petik.
Contoh :          Didalam buku Pengantar Ilmu Ekonomi terdapat pembahasan
                        mengenai “Teori Biaya Produksi” .
·         Huruf miring juga digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata, atau kelompok kata.
Contohnya :    Asal terbentuknya manusia adalah dari tanah.
                        Buku adalah Pedoman untuk belajar.

3.      Penulisan Parlikel dan Awalan
·         Ada kata awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi-, awa-, de-, mala-.
Contoh :          Dina dibilikan deodorant oleh ibunya.
Balita malang itu meninggal akibat malapraktik oleh dokter yang tidak bertanggung jawab.
·         Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai.
Contoh:           Bus antarkota bertabrakan dengan mobil sedan warna putih.
Mahasiswa Gunadarma mengikuti Olimpiade Akuntansi antarnegara.
·         Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai.
Contoh:           Teman Ani dipanggil oleh yang mahakuasa sejak umur 8 tahun.
Mahasiswa  Universitas Gunadarma mengadakan bakti sosial.
Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan.
Contoh:           Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Yang dikecualikan dari ketentuan di atas ialah kata Maha esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah.

4.      Penulisan Bilangan
Bilangan ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukan tahun, jam, tanggal, nomor rumah, harus ditulis dengan angka. Begitu juga bilangan yang digunakan untuk memberi nomor bab, subbab, atau bagian-bagian dari subbab. Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan itu di gunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan-singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Contoh:      Pemerintah menaikkan harga premium menjadi Rp 7.400,00.
                   Toko “X” tutup pada pukul 22.00.
Didalam BAB III pada buku Pengantar Ilmu Ekonomi membahas tentang Konsep Elastisitas

5.      Tanda Baca
   a.       Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat, sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab, dan singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan di belakang nama. Tetapi singkatan yang terdiri dari huruf-huruf kapital seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan titik.
Contoh :          BAB III pada bagian 3.1 dalam buku Pengantar Ilmu Ekonomi membahas tentang Elastis permintaan.
                        Prof. Dr. Mardiyan menangangi pasien gizi buruk.
   b.      Tanda Koma (,)
Koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan antara dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan, seperti: ah, wah, aduh, ya, hai, dan sebagainya. Juga sesudah kata-kata seperti meskipun begitu, jadi, namun demikian, oleh karena itu, maka dari itu. Tanda koma juga digunakan dalam kalimat majemuk yang anak kalimatnya mendahului induk kalimatnya.
Contoh :          Ya, rezeki adalah datangnya dari Allah.
                                    Jadi, syukurilah apa yang telah kita terima.
   c.       Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara, membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma, dan memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
Contoh :          Toko itu menjual berbagai peralatan dapur seperti piring, sendok, gelas; peralatan sekolah seperti tas, buku, alat tulis; dan perlengkapan taman.
   d.      Tanda Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian, pada kata-kata misalnya dan contohnya, pemerian yang berbentuk formula, juga dalam surat- surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, dan tempat.
Contoh :          BEM Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma akan menyelenggarakan kegiatan bakti sosial pada :
                                    Hari/Tanggal   : Senin, 10 April 2014
                                    Pukul               : 9.00
   e.       Tanda Petik (“...”)
Di atas disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik itu tetap digunakan. Dalam karangan tercetak tanda petik juga digunakan untuk menandai kata-kata yang tidak digunakan dalam arti yang sebenarnya.
Contoh :          Olimpiade Akuntansi Fakultas Ekonomi dimenangkan oleh kelas “2EB05”.
                        Yang memenangkan Olimpiade Akuntansi adalah “pahlawan” 2EB05.
   f.       Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang; apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital; membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka; menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing; mendai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki; dan untuk memperjelas sebuah kalimat.
Contoh :          Seorang ayah memberikan mobil-mobilan untuk anaknya.
                                    Seorang mahasiswa asyik BBM-an saat dosen sedang menerangkan.

6.      Tanda Baca yang Lainnya
Tanda–tanda baca yang lain ialah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( ), tanda kurung siku ([ ]), tanda garis miring (/) dan tanda penyingkat/apostrof (‘).
Contoh :           Seorang Akuntan sedang menganalisa laporan keuangan 31 Desember 2012 – 31 Desember 2013.
                        Kalau tidak jadi ... yah ... apa boleh buat.
                        Kapan kita belajar bersama lagi?
                        Jawablah soal ini dengan benar!
                    Pendaur Ulangan (recycling) yang dilakukan para pengrajin diapresiasikan oleh pemerintah daerah.
                        Bintang men[d]engarkan bunyi gemerisik.
                        PD. Adi Jaya menjual darang dagangannya Rp 50.000,00/unit.
                        Adi menikah pada tanggal 5 Januari’15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar